-
Makassar | BNRI NEWS
Da'i kondang dan fenomenal asal Yogjakarta, Gus Muwafiq dengan berlatar belakang pendidikan sejarah antropologi, selalu mengulas sisi lain perkembangan islam dari kurun masa ke masa sejak awal sebelum Islam hingga kini , dari bangsa Arab ke satu wilayah negara hingga merambah negara lain yang tentu memiliki karakteristik corak ragam metode yang berbeda.
Alhasil, dari rentetan sejarah perkembangan dakwah atau tabligh yang dibawa oleh para Tabiin generasi awal Islam, dimulai dari cucu rosululloh dari Sayyidina Ali karomallohu wajaha bernama Ali Zainal Abidin (ra) hingga turun temurun menyebar hingga ke negeri lain, termasuk ke India, China bahkan menyisir ke arah timur masuk Indonesia (wilayah Nusantara kala itu).
Bentuk penghormatan atas hari kelahiran nabi pun berbeda warna antar satu bangsa dengan bangsa lain, halmana sangat dipengaruhi kultur dan sejarah perkembangan "Sosio religi" masing masing bangsa.
Rosululloh Muhammad SAW dalam memaknai tanda kesyukuran hari kelahiran beliau yang jatuh di hari Senin, dengan melakukan puasa.
Para sahabat yang mengetahui Rosululloh berpuasa di hari itu, memerintahkan para istri untuk memasak masakan yang enak guna menyambut Rosululloh ketika berbuka. Maka setiap hari kelahiran Rosulullah SAW selalu dibarengi dengan tasyakuran menyajikan hidangan atau makanan serta aneka buah buahan.
Tak ubahnya di Indonesia, MaulidRosul disambut dengan meriah berupa Pengajian serta Solawatan, yang dibarengi dengan tasyakuran makan makanan yang dihidangkan oleh semua kaum muslim muslimat, baik berupa nasi lengkap lauknya maupun buah buahan, nasi ketan lengkap dengan telur hiasnya. Subhanalloh.
MaulidRosul yang disambut dengan beragam Acara, baik berupa Pidato (pengajian umum) maupun Acara Tasyakuran Makan (diawali dengan Doa dan Solawatan) merupakan ungkapan kegembiraan hati dan pengharapan serta penghormatan yang tulus dari kaum muslimin muslimat (terlebih nahdziyin) atas kelahiran Khotamul Anbya Muhammad SAW.
Hal inipun dilakukan para pejuang dakwah Islam dahulu hingga hari ini, sebagai salah satu cara memperkenalkan islam dengan mengajak umat (masyarakat) mengenal dan mencintai nabi Muhammad SAW sebagai pembawa kebenaran, penyebar Islam yang rahmatan Lil 'alamin.
Dari masa ke masa, dari satu bangsa ke bangsa lain, tradisi dan tatacara penyambutan momentum keagamaan tentu berbeda karena kultur budaya dan kebiasaan tiap bangsapun berbeda beda.
Perbedaan itu tentu tidak perlu dipermasalahkan, justru setiap adanya akulturasi budaya yang dulunya belum tersentuh ajaran Islam, ketika dakwah Islam datang, budaya dan tradisi sosial itu disesuaikan dengan nilai nilai dinnul Islam.
Karena Agama Islam dibawa oleh Rosululloh Muhammad untuk menyempurnakan akhlak, sekaligus Rahmat bagi seluruh alam.
Kecintaan umat Islam kepada nabinya, tentu disyukuri sebagai kesadaran bahwa melalui Nabilah ajaran agama maupun Alquran yang berasal dari Alloh SWT diturunkan ke bumi manusia melalui Malaikat Jibril As.
Rosululloh Muhammad SAW adalah penyampai Wahyu dan hanya menyampaikan apa apa yang diwahyukan Alloh SWT kepadanya. Untuk mengamalkan ajaran Wahyu (Al Qur'an) itu, diantaranya mengikuti perilaku atau akhlak yang dicontohkan oleh nabiulloh Muhammad SAW. Karena dalam diri Rosululloh Muhammad SAW terdapat suri tauladan yang mulia (contoh yang baik).
Bagi umat muslim belakangan yang sudah berbeda zaman (terpaut jauh dari kehidupan langsung) Rosululloh , maka untuk mengambil ibrah keteladanan hidup tentu melalui jejak jejak ajarannya yang dibawa oleh para Sahabat, para Tabiin, tabiut Tabiin serta generasi pelanjutnya yakni para Ulamai wasSholihin termasuk para 'Alim Ulama dan Syech Mursyid pembimbing Ruhani yang tersebar di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, yang menjaga sanad secara terus menerus, turun temurun semua ajaran (ilmu dan amalan) yang disampaikan oleh Rosululloh Muhammad SAW.
sehingga bisa sampai kepada umat Islam yang setia menjadi pengikutnya hingga Yaumil kiyamah nanti. amin...
Allohumma sholli 'Ala Muhammad..🙏
Disarikan dari Tabligh Akbar Gus Muwafiq dalam rangka Milad XXI Yayasan HIMMATA Makassar, Ahad 2 Oktober 2022.
(Eshadiyuda)