-
Karanganyar, Solo|BNRI NEWS
Kyai Dhudho,
Pangéran Samber Nyowo, Astono Mangadeg adalah komplek khusus makam keluarga Adipati Puro Mangkunegaran. Yang didalam nya terdapat makam-makam pendahulunya
yaitu:
Makam KGPAA Mangkunagara I yang wafat pada tahun 1795,
Makam KGPAA Mangkunagara II,
Makam KGPAA Mangkunagara III, dan
Makam Kerabat Mangkunegaran.
Astono Mangadeg ini terletak di
Desa. Karang Bangun,
Kecamatan Matesih,
Dipuncak bukit pada ketinggian 750 meter dari permukaan laut.
Jalan ke puncak bukit, dengan menaiki anak tangga diantara pohon Beringin Tua dengan akar sulurnya hingga mengujam di tanah.
Merdunya suara kicau burung bersahutan,
Dengan udara yang sejuk diantara semerbak wangi Kembang Kantil yang usianya sudah ratusan. Nun jauh dibawah sana didasar jurang terlihat sungai mengalir dibebatuan
suara gemericik air sungai terdengar sampai dipuncak bukit begitu menyegarkan jiwa yang mengunjunginya.
Nampak disana Gundukan Punthuk bukit pating brenjul hijau alami.
Di Mangadeg ini adalah tempat, menyendiri KGPAA Mangkunagara I sebelum menjadi Adipati Miji. RM Said menyendiri di puncak bukit selama tiga bulan lamanya,
Diantara masa pemberontakannya yang memakan waktu selama 16 tahun lamanya.
Di puncak bukit Mangadeg ini
Beliau mendapatkan pusaka :
"Kyai Dudho dan Kyai Tambur."
Selanjutnya, menjadi :
Pusaka Piandel Beliau sebagai :
Penguasa Puro Mangkunegaran
Kadipatèn. Mangkunegaran ini membawahi Wilayah:
Karanganyar, Wonogiri dan Pajang.
Di Punthuk Mangadeg ini Beliau menyendiri
Melawan rasa takut, makan dari tumbuh tumbuhan di sekitar tempat beliau bersemedi.
Mengambil air wudhu dari sungai sekitar.
Di Mangadeg ini beliau meRumuskan Pedoman Hidup
Untuk Semangat Solidaritas
yang disebut :
"Tri Darmo," adalah:
1. Kudu Rumongso Mèlu handarbèni
2. Wajib mèlu hangrungkebi
3. Mulat sariro hangroso Wani
Di puncak bukit ini tepatnya di dekat makam KGPAA Mangkunagoro I
Ada sebuah Pohon Buah Polo besar,
Buah Polo ini memiliki Makna yaitu :
"Jika ingin hidup Suksès, Harus mau Kerja keras." Ucapnya.
Aziz