• Jelajahi

    Copyright © BNRI NEWS
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Pandemi Boleh Robek Hatiku, Tapi Jangan Semangat Merah Putihku

    Minggu, 15 Agustus 2021, 12:56 WIB Last Updated 2021-08-18T06:04:22Z
    -
    -



    MEDAN | BNRI NEWS

    Rentetan bencana seolah menguji INDONESIA, mulai kapal tenggelam hingga pandemi yang tak kunjung usai. Kuatkah bangsa ini ? Pertanyaan itu kerap muncul di benak kita. Tak terbayangkan, dua tahun sudah kemeriahan Kemerdekaan, kita rasakan dengan was-was dari ganasnya Covid19. 

    Kehadiranya awal 2020 lalu, tepatnya sekira bulan Maret. Tak ada yang bisa dilakukan selain bersatu, berdoa menghadapi cobaan dari Tuhan ini. 

    Kehadiran Covid-19 menguras segalanya. Termasuk anggaran pemerintah, seperti penambahan cost APBN yang akan dikucurkan ke setiap provinsi. Sayangnya, pamrih pemerintah membantu rakyatnya seolah diselewengkan. Itulah yang terjadi beberapa waktu saat mendengar berita adanya penyelewengan dana Covid melalui Kementerian Sosial. 

    Bahkan ada juga pemerintahan tingkat bawah yang ikut bermain, setingkat kelurahan. Permainan mereka terstruktur dan masif, pastinya merugikan banyak pihak. Perihnya lagi, bantuan dari pemerintah itu tak merata. Sedangkan judul pembagian bantuan itu, ya untuk menanggulangi pandemi Covid-19. Sungguh wajah Ibu Pertiwi tercoreng atas prilaku negatif aparat pemerintahan yang hanya mementingkan dirinya sendiri. 

    Sebagai contoh nyata ditemui di Jalan Raharja, Medan Selayang. Adalah Wak Olon, begitu pria tersebut biasa disapa. Dirumah berdinding tepas, Wak Olon masih bisa bersemangat. Dia seolah tak memikirkan hidupnya yang serba kekurangan dan kondisi apa adanya. 

    Di jelang Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76 ini, Wak Olon mengaku pantang menyerah. Dalam bayangan laki 54 tahun itu, di HUT RI semua harus bersemangat dan bergembira. Artinya, semangat semua rakyat Indonesia jangan pudar hanya karena diterpa pandemii Corona. 

    "Jangan patah semangat, semua penyakit pasti ada obatnya dan semua cobaan pasti membawa hikmah," singkat Wak Olon saat ditemui penulis di teras rumahnya. 

    Memang, Wak Olon bukanlah penderita Covid-19. Namun sejak setahun lalu Wak Olon didera penyakit stroke. Sebelah tubuhnya lumpuh. Meski demikian, demi 'merah putih' Wak Olon tetap bangkit dan bersemangat menyambut HUT RI ke-76 ini. 

    Sebentar duduk di teras rumahnya, dia beranjak dari kursi. "Maaf, saya mau ke belakang sebentar, ya," ucapnya bermohon. Tak lama berselang, Wak Olon kembali memperlihatkan wajah dengan tubuh ringkihnya. Tampak dia memegang sebatang bambu bersama selembar bendera. 

    "Saya ingin memasang bendera dulu, ya," izin Wak Olon lagi kepada penulis. Bambu yang dipegang diletakkan di antara kursi. Kemudian dia mengikatkan bendera Merah Putih di ujung bambu. 

    "Aku memang tak sempat melihat perjuangan para pahlawan kita terdahulu. Tapi aku merasakan apa yang mereka (pahlawan-red) rasakan, bagaimana mempertahankan negeri ini," kata Wak Olon, lagi-lagi sambil berjalan ke depan rumahnya untuk memasang tiang bendera terbuat dari bambu itu. 

    Beberapa saat bendera itu berkibar. Wak Olon pun mengulum senyum dengan mata berkaca-kaca. Kembali dia tergopoh menuju tempat duduknya semula bersama penulis di teras rumahnya. Bahkan, Wak Olon pun tak mau dibantu untuk pengerjaan mendirikan bendera Merah Putih. Dia merasa sanggup dan masih kuat. 

    "Ya, inilah negeri kita. Beberapa hari lagi sudah berusia 76 tahun. Merdeka, tapi belum bagi diri saya. Banyak bantuan dikucurkan pemerintah selama ini, tapi saya tak dapat. Sedih, tapi saya tak bisa berbuat banyak, cuma bisa berharap dalam hati," tuturnya. 

    Sebab, lanjut Wak Olon, orang lain pada dapat bantuan, seperti beras atau apalah namanya. Mirisnya bantuan itu tak menyentuh keluarga Wak Olon. Siapa disalahkan? Pertanyaan itu muncul seolah mengkritik pemerintah. 

    Malah, menurut Wak Olon, pandemi Covid-19 adalah teguran dari Tuhan Yang Maha Esa. Sejauh mana pejabat tinggi, hingga ke tingkat paling bawah bisa bijaksana. 

    "Ganjil sih, memang. Kenapa orang seperti saya ini tak dapat bantuan. Sedangkan ada orang yang lebih berada dari saya bisa dapat bantuan. Ya, saya cuma bisa pasrah, tepuk dada, ikat pinggang erat-erat" ulang Wak Olon yang tampak sedikit kesal. 

    Sebelum pandemi melanda, Wak Olon tergolong orang yang giat bekerja. Wak Olon keseharianya (dulu-red) bekerja sebagai supir Angkutan Kota. Walau penghasilannya pas-pasan, buah keringatnya syukur bisa dimanfaatkan buat menghidupi keluarga. 

    "Setahun lalu saya terserang stroke ringan. Jadi ya tidak bisa bekerja. Kami bertahan hidup dari hasil sedikit tabungan semasa bekerja dulu yang sekarang sudah hampir habis menutupi kebutuhan harian," urainya.

    Memang, aku Wak Olon, meski tubuhnya terserang penyakit stroke, tapi sekarang dia tak melupakan untuk mengibarkan bendera Merah Putih di depan rumahnya. "Jasa pahlawan itu harus dikenang, jangan dihilangkan," singkatnya berkisah mengenai kemerdekaan Indonesia. 

    Bahkan, Wak Olon mengibaratkan, biar pun tak dapat bantuan tapi semangat kemerdekaan tetap membara. "kau boleh robek hatiku, tapi jangan kau robek semangatku menghormati sang Merah Putih," kata Wak Olon. Arti dalam kiasan itu, menurut asumsi Wak Olon, walau dirinya kini tak mendapatkan bantuan tapi jangan sampai ada orang lain yang merusak persatuan banga Indonesia. 

    "Kita bersatu lewat bendera Merah Putih. Jadi saya rela tak dapat bantuan tapi jangan sampai Negara Kesatuan Republik Indonesia ini dipecah belah. Apalagi dengan banyaknya bantuan dari pemerintah untuk pandemi Corona ini semua pihak mengambil kesempatan dalam kesempitan," lirihnya. 

    Makanya, kata Wak Olon, di moment Kemerdekaan Indonesia ke-76 merupakan kebangkitan bangsa. Bangkit melawan pandemi Corona, bangkit dari intimidasi negara luar dan bangkit dari keterpurukan ekonomi serta pembodohan bangsa asing. 

    Mendengar kisah Wak Olon yang tampa pamrih dengan tubuh menderita stroke, ini merupakan pelajaran berharga bagi penulis. Pasalnya, meski jalan tergopoh-gopoh, namun Wak Olon layaknya pahlawan berjuang memerdekan Indonesia. 

    Tak hanya itu, Wak Olon juga sebagai motivasi atas keterbatasan ekonomi yang dimiliki.

    Covid-19 telah menghantui rakyat Indonesia. Hingga kini tercatat ada sekira hampir 4 juta kasus. Sejauh ini pemerintah telah berusaha semaksimal mungkin meminimalisir peningkatan kasus tersebut. Yakni dengan melakukan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di hampir seluruh provinsi. 

    Malahan pemerintah memberi bonus beras sebanyak 10 kilogram (kg) bagi penerima Bantuan Sosial Tunai (Bansos Tunai/BST) dan Program Keluarga Harapan (PKH). Bonus beras sengaja diberikan untuk menghadapi PPKM Darurat.

    Beras tersebut disalurkan melalui Perum Bulog yang saat ini, pemerintah sudah mengirimkan data penerima BST dan PKH kepada Bulog bersamaan dengan selesainya pembaruan data penerima di sistem Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

    Sementara untuk penyaluran dana tunai masing-masing Rp600 ribu untuk dua kali penyaluran akan dilakukan oleh PT Pos Indonesia untuk penerima BST dan oleh Himpunan Bank-bank Negara (Himbara) untuk penerima PKH.

    Anggaran yang disiapkan mencapai Rp6,1 triliun untuk 10 juta penerima BST dan Rp13,96 triliun untuk penerima 10 juta PKH. Sementara anggaran untuk Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) bagi 18,8 juta penerima mencapai Rp45,12 triliun.

     (Red. Fiyan) 
    Medan, 15 Agustus 2021.

    Penulis : Indrawan Sukma.
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini