• Jelajahi

    Copyright © BNRI NEWS
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Jacob Ereste : AJI, SBSI Dan Muchtar Pakpahan 27 Tahun Silam

    Rabu, 11 Agustus 2021, 07:10 WIB Last Updated 2021-08-11T00:10:42Z
    -
    -



    JAKARTA | BNRI NEWS

    Nostalgik 27 tahun silam -- SBSI dan AJI (Serikat Buruh Sejahtera Indonesia dan Aliansi Jurnalis Independen) bisa dikata seperti saudara sekandung yang lahir semasa Orde Baru berkuasa. Dan sosok Muchtar Pakpahan sebagai ikon perlawanan SBSI cukup besar memiliki andil mengukuhkan sikap dan semangat dari kehadiran AJI di medan perlawanan terhadap rezim otoriter, seusai pemerintah membredel Majalah Tempo, Editor dan Tabloid Detik sekitar bulan April 1994.

    Semua aktivis dan kaum pergerakan, termasuk seniman dan budayawan seperti Wahyu Sulaiman (WS) Rendra ikut turun ke jalan dan mendapat popor dari aparat hingga tersungkur di lapangan Monas.

    Sebagai Ketua Umum SBSI, Muchtar Pakpahan pun sempat membuat masalah dengan kalangan pengurus terasnya yang meminta agar Ketua Umum saat itu tidak ikut turun ke jalan. Tapi itulah sosok -- kedegilan Bang Muchtar -- ia tetap ngotot menelusup diantara demonstran, ikut ambil bagian. Meski selaku Ketua Umum SBSI dia sendiri sudah menyerukan dan juga mengerahkan semua anggota SBSI yang ada di Indonesia.

    Muchtar Pakpahan pun, diam-diam mendorong kawan-kawan jurnalis -- utamanya yang ada di SBSI ; Satrio Arismundar, Dhea Prakesha Yudha dan Jacob Eteste -- mensupport habis keinginan kawan-kawan wartawan muda membentuk organisasi yang pada beberapa bulan kemudian, 7 Agustus 1994 mendeklarasikan AJI di Sirnagalih, Bogor.

    Itulah kiranya yang memantik gairah perlawanan kawan-kawan jurnalis Indonesia hingga melahirkan AJI dengan dukungan sepenuhnya dari segenap elemen perlawanan lain, terutama Muchtar Pakpahan sebagai figur terdepan pada masa itu sebagai simbol perlawanan pada ketidakadilan. Sebab sebelum itu tidak ada satupun kelompok pergerakan yang berani tampil, kecuali PIJAR Indonesia yang tak kalah militan dan galak dibanding SBSI.

    Kecuali itu, tentu saja Muchtar Pakpahan atau SBSI -- pastilah sangat berkepentingan dengan kehadiran AJI di medan perlawanan yang harus dilakukan. Karena sejarah, seperti kata Goenawan Mohamad dari Majalah Tempo, perlawanan boleh kalah, tapi tidak boleh menyerah.

    Jadi mengenang AJI, SBSI serta Muchtar Pakpahan dalam satu tarikan napas, agaknya, sungguh sulit untuk diungkap dalam kesaksian yang sekilas dan terbatas. Apalagi sejumlah dokumen penting SBSI berikut milik pribadi penulis yang disita aparat tak pernah dikembalikan sampai hari ini.

    Yang pasti, kehadiran AJI bagi  Muchtar Pakpahan maupun SBSI -- saat rezim otoriter sedang berada dipuncak kebringasannya -- tentu memberi keuntungan tersendiri. Setidaknya -- ketika itu seperti pernah diungkap dan disadari oleh kawan-kawan jurnalis SBSI ketika itu -- AJI dapat menjadi lapisan pengganti bagi SBSI manakala ikut dibredel oleh rezim yang tengil itu. Dan yang lebih pasti -- ketika itu -- SBSI jadi tidak merasa berstatus seperti yatim piatu. Tak punya bapak dan tidak juga punya ibu. Namun masih ada saudara mudanya, yaitu AJI. Maka itu -- sekali lagi perlu diucapkan -- selamat ulang tahun ke-27 AJI pada 7 Agustus 2021, agar tidak lupa pada SBSI. 

    (Red.Fiyan)

    Jakarta, 11 Agustus 2021.
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini