• Jelajahi

    Copyright © BNRI NEWS
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    ANTARA BENCI DAN RINDU

    Selasa, 20 Oktober 2020, 17:39 WIB Last Updated 2020-10-20T10:39:15Z
    -
    -


    Oleh : Irjen Pol. Drs. M. Arif Pranoto

    Sastra Police Dilemma
     
    Jakarta, BNRI NEWS - Meski hubungan polisi - masyarakat ibarat ikan dan air, kata Prof DR. Satjipto Rahardjo, saling berinteraksi satu sama lainnya. Sebenarnya hubungan tersebut tidak lepas dari (rasa) "benci dan rindu." Polisi selaku organ netral, dirindu, dibutuhkan masyarakat. Tetapi sebagai fungsi, terkadang ia dibenci di satu sisi, dan kerap dirindu pada sisi lain. Ini bersifat alami bahkan kodrati sebagaimana langit dan bumi itu ada, atau siang-malam silih berganti dll, ada lelaki, ada pula perempuan.

    Menjadi keniscayaan ketika fungsi polisi dibenci para pelaku pelanggar hukum, tetapi dirindu korban-korban tindak pidana. Lumrah dan lazim. Namun masalahnya jadi lain ketika polisi justru bersekongkol dengan para pelanggar alias penjahat, maka akan menimbulkan fenomena ia dirindu pelaku kejahatan, tetapi dibenci para korban kejahatan. Dalam konteks nonpolitis, ini jelas ulah "oknum", istilahnya. Sebab nila setitik rusak susu sebelanga.

    Namun dalam area politik (praktis), inilah pokok dilemanya. Tatkala ada kebijakan pemerintah ditolak oleh publik di satu sisi, namun pada sisi lain, ia wajib mendukung kebijakan sesuai bunyi UU yang hakikinya adalah amanah dari rakyat itu sendiri.  

    Inilah police dilemma, atau buah simalakama dalam praktik tugas polisi. Dimakan ibu mati, tidak dimakan bapak mati. Idealnya memang dijual, lalu hasil penjualan dibagi - bagi (?). Akan tetapi, bagaimana implementasi menjual simalakama dalam praktik tugas polisi? Ting-tong.

    Akhirnya seperti ungkapan tua dari Inggris, "Fish rots from the head". Busuk ikan dimulai dari kepala. Dalam pengandaian ini, ikan sebagai ibarat (negara), busuk kepala itu titik awal. 

    Pak Sastra berpesan begini, "Mbok ojo saling berbenturan, Nak. Unjuk rasa itu seperti denting gitar. Jika enak di dengar, mari kita nyanyi bersama; tapi bila fals dan berisik, mari hentikan bersama!" 

    Nggih, Pak Sastra ...

    -End-
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini